Kamis, 01 Maret 2012

Film Iran meraih OSCAR


JAKARTA, suaramerdeka.com -Film A Separation yang baru saja memenangi Oscar untuk kategori best foreign language pada Minggu (26/2), di gelaran Academy Awards ke-84 masih menimbulkan cerita yang belum berhenti hingga kini. Sangat dipercaya, di Iran sendiri terjadi "kegaduhan" yang berlangsung secara diam-diam, setelah film itu menjadi nomor satu, di sebuah festival film tertinggi yang digelar di sebuah negara yang menjadi musuh nomor satu di negara Republik Islam itu.
A Separation, yang ditulis dan disutradarai Asghar Farhadi, secara cerita sejatinya dialirkan dengan sangat sederhana. Tapi kesederhanaan yang hakiki, karena membidk kisah drama yang fokus pada persoalan rumah tangga manusia kebanyakan itulah, yang justru membuat film itu dinilai para panitia juri menjadi luar biasa.

Yaitu ihwal proses perceraian sepasang suami-istri, dengan talian tradisi yang masih kuat, keadilan, dan hubungan laki-laki perempuan dalam hubungan rumah tangga di masyarakat modern Iran.
Tidak hanya menjadi nomor satu di Academy Awards 2012, A Separation juga nyaris menyapu bersih berbagai gelaran festival film berwibawa di Eropa dan AS. Padahal film ini juga dinominasikan untuk kategori lainnya, yaitu best original screenplay, meski sayangnya, belum beruntung.
Seperti dicatat Reuters, Rabu (29/2), A Separation adalah film Iran kedua yang pernah dinominasikan di Oscar, dan kali pertama menang. Sebagaimana dikatakan sutradaranya sendiri, saat ini, banyak orang Iran di seluruh dunia yang sedang menonton sepak terjang film A Separation, "Dan sangat bahagia," kata Farhadi ketika menerima piala Oscar.
Hal itu sangat beralasan, menimbang saat ini, di tengah pembicaraan kemungkinan terjadi perang, intimidasi, dan agresi karena perkembangan politik, atas nama kepentingan negara-negara yang tengah berkonflik di Timur Tengah beserta AS dan sekutunya, bangsa Iran, dengan kemenangan A Separation, seperti dikatakan Farhadi, "Telah berbicara lantang, dan menang melalui jalan kebudayaan, karena kekayaan kebudayaannya yang selama ini terselubungi oleh debu politik."
Bahkan dengan lapang dada, Farhadi mengaku bangga kepada segenap tumpah darah negaranya, termasuk masyarakatnya yang menghargai kebudayaannya, dengan segala keramahan, dan kepatutan.
Meski sedikit yang tau, film yang telah menang telak itu, dibuat dengan hanya bujet sebesar 800.000 dolar AS, tapi secara general telah berhasil memasukkan keuntungan lebih dari 13 juta dolar AS, setelah diputar di seluruh dunia. Demikian data yang dikeluarkan laman Box Office Mojo, termasuk pemasukan dari AS saja sebesar 2,6 juta dolar AS.
Bahkan di Israel, negara yang hendak dihapuskan keberadaannya dari peta dunia oleh pemimpin Iran Mahmod Ahmadinejad, film A Separation menjadi tontonan yang sangat laris. Sekaligus membuka mata penonton Israel jika kehidupan masyarakat menengah Iran, tidak berbeda dengan masyarakat dunia lainnya, yang problematik sekaligus mengharu-biru.
Sensor ketat
Di lain pihak, begitu para penonton di Israel meninggalkan gedung bioskop, mereka tetap waspada atas kebijakan pemerintah Iran yang siap berperang kapan saja dengan Israel. Yang akhir-akhir ini, juga dengan segala upayanya membujuk saudara tuanya: AS untuk bersegera memerangi Iran.
Meski Farhadi, yang masih bekerja dan tinggal di Iran, enggan untuk mengomentari teori yang mengatakan, jika penggambaran filmnya adalah berbanding lurus dengan kisah perlawanan antara generasi muda Iran, terhadap pandangan hidup yang paternalistik yang selama ini berpusat pada sosok mullah. "Terserah penonton membaca film itu dari sisi mana, dan pesan apa yang hendak dibawanya," kata Farhadi.
Walau sebagian analisis menilai sebenarnya film itu berkisah tentang perbedaan klas, sekaligus kritik kepada sistem keadilan di Iran, juga jurang perbedaan antara masyarakat modern dan tradisional yang terbuka lebar.
Farhadi sendiri membuat film itu dibawah pengawasan sensor yang ketat dari pemerintah Iran, yang gemar mengatasnamakan kepentingan moral bangsa dan Islam untuk mensensor kerja kreatif para insan film di sana. Farhadi mengaku, dia tidak merasa terganggu dengan sensor yang sangat ketat itu.
Meski telah menjadi cerita publik, jika pemenang berbagai ajang film dari Iran lainnya, yaitu sutradara Jafar Panahi telah dinyatakan bersalah, dan harus mendekam di dalam penjara pada 2010, dan sampai kini dilarang oleh pemerintah Iran membuat film. Farhadi yang juga berbicara atas nama Panahi, secara langsung maupun tidak langsung telah menempatkan dirinya dalam bahaya, di mata pemerintah Iran.
Pada saat bersamaan, saat ini, namanya sekaligus telah membuat bangga pemerintah Iran. Karena berhasil melambungkan prestise Iran di tingkat dunia, berkat kemenangan filmnya, terutama berhasil menyisihkan salah satu saingannya, sebuah film dari Israel. Sebagaimana dikatakan Farhadi, bagaimana pemerintah Iran saat ini merespon kemenangannya berhasil meraih Oscar.
"Pemerintah Iran tidak selamanya diam saja. Ketika film itu masuk nominasi, beberapa diantara mereka sangat bahagia, beberapa diam saja, dan beberapa lainya tidak bahagia sama sekali," katanya dalam sebuah wawancara. "Saya tidak dapat memperkirakan secara pasti apa yang terjadi," imbuh dia. Tapi, dia masih menunggu hingga kini, bagaimana respon resmi dari pemerintah (atas kemenangannya).
Yang pasti, dua malam sebelum malam puncak penganugerahan Academy Awards, kemarin, para pekerja film dari Israel dan Iran datang bersamaan dengan damai, kata Lior Ashkenazi, aktor dari Israel yang bermain dalam film Footnote, yang dikalahkan film A Separation.
"Pada malam penganugerahan penghargaan itu," imbuh Ashkenazi , mereka, para insan film dari Israel dan Iran saling duduk bersandingan, dan berbicara hangat, dan semua kecanggungan tanggal, terang Ashkenazi kepada radio Israel, Army Radio. "Mereka semua (para insan film dari Iran) berhati terbuka dan hangat. Bahkan kami telah mengundang mereka untuk datang ke Tel Aviv, dan mereka mengundang kita ke Teheran," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar